Artikel Ilmiah

 

 

 

 

 

HOME

 

Meningkatkan Hasil Belajar dan Retensi Siswa Melalui Strategi Pemberian Rangkuman

Drs. Supandi, M.Pd *)

 

Latar Belakang

Kajian dokumentasi yang penulis lakukan di beberapa sekolah terhadap ada tidaknya rangkuman pembelajaran pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun guru mata pelajaran atau guru kelas, serta pertanyaan yang penulis ajukan pada guru-guru peserta diklat di P4TK PKn dan IPS Malang, mengenai apakah guru memberi rangkuman kepada siswa dalam pembelajaran, diperoleh kesimpulan bahwa hampir sebagian besar atau sekitar 10% saja guru memberikan rangkuman di akhir pembelajaran. Berarti selebihnya atau 90% tidak pernah atau jarang memberikan rangkuman. Bila ditanya kepada guru yang bersangkutan, kenapa tidak memberi rangkuman dalam proses pembelajaran? Guru berkilah bahwa “pelajaran belum selesai”, atau anak diberi tugas untuk merangkum sendiri, bahkan guru mengatakan pelajaran sudah cukup jelas dan tidak ada permasalahan lagi, sehingga tidak perlu diberi rangkuman lagi. Ini sejalan dengan kajian dokumentasi penulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat guru, “memang” tidak dicantumkan tentang rangkuman pembelajaran, baik internal maupun eksternal. Dari hasil kajian dan pengamatan maupun pertanyaan yang dimajukan dapat diasumsikan bahwa guru belum memahami secara benar tentang rangkuman pembelajaran atau tidak menganggap penting adanya rangkuman dalam pembelajaran. Padahal banyak penelitian yang dilaksanakan untuk menguji pengaruh rangkuman terhadap hasil pembelajaran dan retensi siswa yang secara signifikan dapat dibuktikan. Penelitian atau eksperimen telah dilakukan oleh Merril dan Stolurow (1966), Grotelueschen dan Sjogren (1968), Ross dan Divesta (1976) Dansereau (1978), , Spurlin, Dansereau, dan Brooks (1980), Reder dan Anderson (1980), Reigeluth dan Stein, 1983), Hamid (1992), Mambraku (1992), dan Mudjiati (2004). Himbauan kepada pendidik, pemberian rangkuman kepada peserta didik sebelum atau setelah proses pembelajaran sebaiknya dilakukan oleh para pendidik. Terlepas apakah rangkuman dibuat oleh guru atau ditugaskan kepada peserta didik untuk membuat rangkuman sendiri, rangkuman diberi setiap satu satuan pelajaran atau tatap muka atau setelah beberapa kali tatap muka, baru diberikan rangkuman. Atau rangkuman dibuat oleh siswa secara individu atau kelompok. Hal ini merupakan peluang bagi guru untuk melakukan penelitian lebih lanjut melalui penelitian tindakan kelas terkait dengan strategi pemberian rangkuman.

 

Teori Tentang Pengaruh Rangkuman Terhadap Hasil Belajar

Bagian ini sengaja dikemukakan, agar para guru memiliki wawasan teori tentang pengaruh rangkuman terhadap hasil belajar dan retensi siswa, sehingga guru memiliki landasan teori dalam mengimplementasikan dalam pembelajaran. Teori diturunkan dari suatu hasil penelitian atau eksperimen yang sudah teruji kebenaran menurut ukuran pemikiran manusia dan dapat diterima oleh manusia pada umumnya. Selama belum ditemukan teori baru, maka teori lama masih dianggap benar adanya, walaupun kebenaran hasil pemikiran manusia itu tidak mutlak. Karena itu teori diperlukan untuk dasar pemikiran maupun landasan tindakan seseorang. Kajian teoritik tentang rangkuman merupakan salah satu komponen Teori Elaborasi dalam teori pembelajaran dan desain pembelajaran. Konteks Teori Elaborasi dimaksudkan untuk menunjukkan posisi Teori Elaborasi dalam klasifikasi variabel atau faktor yang berpengaruh dalam pembelajaran, sedangkan kajian desain pembelajaran dimaksudkan untuk meletakkan posisi teori elaborasi dalam urutan prosedural perancangan sistem pembelajaran (Degeng, 1997). Dalam konteks Teori Elaborasi, yang dikemukakan oleh Reigeluth dan Merril (1983) mengklasifikasi variabel pembelajaran mencakup (1) instructional conditions; (2) instructional methods, and (3) instructional outcomes.

Instructional methods, didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai instructional outcomes yang berbeda, di bawah instructional conditions yang berbeda. Pada dasarnya, semua variabel pembelajaran yang dapat dimanipulasi oleh perancang pembelajaran untuk dilihat tingkat keefektifannya untuk mencapai hasil belajar (instructional outcomes) yang diinginkan, termasuk dalam instructional methods.

Instructional conditions didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar. Variabel ini berinteraksi dengan metode pembelajaran, dan pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi oleh perancang pembelajaran. Variabel ini harus diterima sebagaimana adanya dan selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam penetapan metode pembelajaran yang optimal. Sebagai contoh: tingkat sosial siswa, latar belakang ekonomi siswa, minat belajar, tingkat kecerdasan siswa.

Instructional outcomes didefinisikan semua akibat yang muncul dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh penggunaan cara-cara (multimedia/multimetode) di bawah karakteristik siswa yang bervariasi. Karena itu hasil belajarnya berbeda-beda. Hasil belajar yang diinginkan (desired outcomes) dan hasil nyata (actual outcomes). Sebagai contoh: apakah setelah belajar pada diri siswa terjadi perubahan perilaku yang ditampilkan sesuai indikator atau tujuan pembelajaran? Jawabannya mungkin ia mungkin tidak! Mungkin sekarang, mungkin lusa! sehingga masih merupakan harapan-harapan yang diinginkan, itulah desired outcome. Sebaliknya bila setelah selesai pelajaran kemudian dilakukan tes, hasil tes dikoreksi dan mendapat nilai berupa angka-angka atau hasil pengamatan langsung terhadap perilaku yang sebenarnya itu actual outcome, hasil belajar yang nyata, atau dampak langsung.

Kemudian di mana letak posisi rangkuman di dalam ketiga variabel tersebut? Kalau rangkuman sebagai cara untuk mencapai instructional outcomes, maka rangkuman terletak pada instructional methods. Dengan demikian rangkuman sebagai strategi dapat mempengaruhi hasil belajar, termasuk retensi atau daya ingat siswa. Rangkuman dalam kapasitasnya sebagai strategi, karena rangkuman perlu ditata dengan cara-cara tertentu, misalnya apakah rangkuman di berikan di awal atau di akhir pelajaran, rangkuman dibuatkan guru atau rangkuman dibuat oleh siswa secara individu atau kelompok.

Dalam konteks desain pembelajaran (instructional design) tidak terlepas dari kajian teoritik model elaborasi, yang dikembangkan oleh Reigeluth dan Stein (dalam Degeng, 1989), yaitu 4S: “selection, sequencing, synthesizing and summerizing”.

Selection, memfokuskan pada pemilihan isi-isi penting mata pelajaran yang akan dibelajarkan. Isi-isi materi pembelajaran bisa berupa fakta, konsep, prosedur maupun prinsip. Kaitan dengan standar isi mata pelajaran, tercermin pada standar kompetensi, kompetensi dasar, yang dijabarkan ke indikator-indikator. Strategi pengembangan indikator dapat diawali dari perincian isi materi pada setiap kompetensi dasar. Karena kompetensi dasar memuat kompetensi minimal dan materi minimal. Oleh karena itu materi minimal ini perlu dikembangkan menjadi materi-materi esensi yang mendukung ketercapaian kompetensi dasar.

Sequencing, memfokuskan perhatian-nya pada penataan urutan isi-isi materi pelajaran. Berdasarkan hasil seleksi (selection) isi materi pelajaran yang mendukung ketercapaian kompetensi dasar, maka isi materi diurutkan dari yang umum ke rinci, dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks. Dalam penyusunan silabus, pengurutan isi materi pembelajaran, menjadi hal yang sangat penting.

Synthesizing, memfokuskan perhatian-nya pada pembuatan struktur yang menunjukkan keterkaitan isi-isi tersebut dalam mendukung ketercapaian kompetensi dasar. Sedangkan summerizing, memfokuskan pada pembuatan rangkuman yang berisi pernyataan-pernyataan singkat mengenai isi-isi mata pelajaran. Oleh karena itu ketika guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), harus memperhatikan 4S tersebut.

Dalam rangka mengkaji pengaruh rangkuman terhadap hasil belajar dan retensi siswa, berikut ini diuraikan secara singkat hasil-hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai landasan teori, sebagai berikut: Merril dan Stolurow (dalam Degeng, 1997) menyimpulkan bahwa pemberian rangkuman yang ditata secara hierarkis sebelum penyajian keseluruhan isi, menyebabkan siswa belajar konsep-konsep lebih cepat dan transfer yang lebih baik. Sejalan dengan itu, Grotelueschen dan Sjogre (dalam Degeng, 1997) mengemukakan bahwa siswa, yang sebelum belajar, membaca rangkuman yang berisi prinsip-prinsip dasar yang akan dipelajari, memperlihatkan hasil belajar dan transfer yang lebih baik, jika dibandingkan dengan siswa yang langsung membaca keseluruhan teks. Reder (dalam Degeng, 1997) menemukan pengaruh rangkuman terhadap hasil belajar, bahwa rangkuman tetap lebih unggul meskipun ide-ide pokok yang terdapat dalam teks yang asli telah diberi garis bawah. Walaupun siswa sudah diberi ide-ide pokok yang tertuang dalam buku teks pelajaran dengan cara menggarisbawahi ide-ide pokok tersebut, bila dikomparasikan dengan siswa yang diberi rangkuman, hasil belajar tetap lebih unggul terhadap kelompok siswa yang diberi rangkuman.

Kemudian Spurlin, Dansereau, Brooks (dalam Degeng, 1997), juga menguji kembali pengaruh rangkuman terhadap hasil belajar, menemukan bahwa belajar dengan rangkuman teks lebih efektif daripada tanpa rangkuman. Demikian juga temuan Reder dan Anderson menyimpulkan bahwa rangkuman teks lebih efektif daripada membaca teksnya. Temuan lain tentang pengaruh rangkuman terhadap hasil belajar mahasiswa dikemukakan oleh Hamid dan Membraku (1992) dengan mengunakan rancangan eksperimen menemukan bahwa pemberian rangkuman terhadap mahasiswa, lebih meningkatkan perolehan belajar dari pada tanpa rangkuman.

Sejalan dengan itu Mudjiati (2004), dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Rangkuman Terhadap Hasil Belajar” yang dilakukan di SDN Penanggungan IV Kota Malang tahun 2004, menyimpulkan bahwa kelompok siswa yang diajar kemudian diberi rangkuman oleh guru di akhir pelajaran dibanding kelompok siswa yang ditugasi untuk membuat rangkuman sendiri setelah pelajaran selesai, menunjukkan bahwa kelompok siswa yang diberi rangkuman oleh guru hasil belajar jauh lebih baik pada kelas yang sama dan kemampuan rata-rata sama. Hal ini dimungkinkan karena rangkuman yang dibuat oleh guru disiapkan lebih baik bila dibandingkan rangkuman yang dibuat oleh siswa.

Apa makna yang dapat dipetik dari temuan-temuan penelitian adalah bahwa pemberian rangkuman telah teruji memiliki pengaruh yang efektif pada perolehan atau hasil belajar peserta didik. Artinya rangkuman merupakan strategi pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh pendidik pada saat merancang dan melaksanakan pembelajaran. Rancangan strategi ini apakah dapat diberikan di awal pelajaran; di akhir pelajaran; rangkuman dibuatkan oleh pendidik; atau dengan cara memberi tugas kepada peserta didik; baik secara individu maupun kelompok, serta di setiap satu satuan pelajaran atau beberapa satuan pelajaran baru diberi rangkuman? Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hasil penelitian yang dilakukan peneliti tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh rangkuman terhadap hasil belajar dan retensi pelajaran menunjukkan hasil yang sangat signifikan. Artinya strategi pembelajaran berupa pemberian rangkuman dalam proses pembelajaran, mampu meningkatkan hasil belajar dan retensi atau daya ingat yang lebih lama terhadap isi materi, baik fakta, konsep, prosedur maupun prinsip yang sudah dipelajari.

 

Pentingnya Rangkuman dalam Pembelajaran

Mengapa rangkuman itu penting? Sudah menjadi kelaziman, bahwa untuk menguji daya ingat siswa (retensi) dan hasil belajar terhadap apa saja yang sudah dipelajari (kompetensi dasar), merupakan hal yang harus dilakukan guru. Tinjauan kembali (review) terhadap apa yang telah dipelajari penting sekali dilakukan untuk mempertahankan retensi atau daya ingat siswa (Degeng, 1997). Rangkuman memuat semua bagian isi materi dari mata pelajaran yang penting yang sudah dipelajari oleh siswa. Rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan-pernyataan singkat mengenai isi mata pelajaran yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip (Degeng, 1997). Rangkuman berisi pernyataan-pernyataan singkat yang mudah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat baik materi berupa konsep, prosedur atau prinsip. Ada dua jenis rangkuman, yaitu internal dan eksternal. Rangkuman internal rangkuman (internal summerizer) yang diberikan pada setiap akhir suatu pelajaran dan hanya merangkum isi mata pelajaran yang baru diajarkan. Berarti setiap selesai mengajar, guru dituntut untuk memberikan rangkuman di akhir pembelajaran. Rangkuman eksternal (within-set summerizer) diberikan setelah beberapa kali pelajaran, yang merangkum semua isi yang telah dipelajari dalam beberapa kali pelajaran. Hal yang perlu diperhatikan oleh desainer pembelajaran adalah, ada kompetensi dasar yang memerlukan pencapaiannya lebih dari satu kali pertemuan per minggu, dan dimungkinkan ini termasuk dalam rangkuman eksternal (within-set summerizer). Tetapi juga ada kompetensi dasar yang dapat dicapai hanya dalam satu kali pertemuan, dan ini dapat masuk dalam rangkuman internal (internal summerizer). Namun demikian tidak menutup kemungkinan walupun memerlukan beberapa kali pertemuan, setiap kali pertemuan diberikan rangkuman.

Dalam implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, silabus dikembangkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dari setiap kompetensi dasar dijabarkan menjadi indikator-indikator. Ini berarti bila indikator-indikator pada setiap kompetensi dasar, sudah dikuasi oleh siswa diasumsikan bahwa kompetensi dasar atau kompetensi minimal tersebut sudah dapat dicapai. Pada setiap indikator pasti disertai dengan isi materi pembelajaran, sedangkan isi materi pembelajaran sebagai wahana pencapaian kompetensi dasar. Isi materi pembelajaran yang dituangkan dalam silabus merupakan materi esensial, karena itu apabila dalam materi esensial disertai dengan pernyataan-pernyataan singkat dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep, prosedur, atau prinsip diberikan pada siswa atau siswa ditugasi untuk membuatnya sendiri, disebut rangkuman.

 

DAFTAR REFERENSI

Dansereau, D.F. 1985. Learning Strategy Research. Dalam J.W. Segal, S.F. Chipman, dan R. Glaser (1eds). Thinking and Learning Skills Relating Instruction to esearch. Volume 1. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associates, 209-239.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1997. Strategi Pembelajaran: Mengorganisasi Isi Pembelajaran dengan Model Elaborasi. Disertasi Bahasan Tentang Temuan Penelitian. Malang: IKIP MALANG.

Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksnomi Variabel Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Densereau, D.F. 1978.“The Development of Learning Strategy Curriculum” Dalam H.F.O’Neil, Jr. (Ed). Learning Strategy. New York: Academic Press.

Hamid, A.K. 1992. Pengaruh Pemberian Rangkuman dan Gaya Kognitif Mahasiswa terhadap Perolehan Belajar. Tesis Magister Teknologi Pembelajaran, PPS IKIP MALANG, tidak diterbitkan.

Membraku. 1992. Pengaruh Review Rangkuman dan Gaya Kognitif terhadap Perolehan Belajar dan Retensi dengan Ceramah Bermedia OHP. Tesis Magister Teknologi Pembelajaran, PPS IKIP MALANG, tidak diterbitkan.

Merrill, M.D dan Stolurow, L.M. 1966.”Hirarchical Preview VS. Problem Oriented Review in Learning on Imainary Science”. American Educational Research Journal. 3:25l-261.

Reigeluth. C.M, dan Stein, F.S. 1983. “The Elaboration Theories and Models: Instructional Desing Theories an Model: An overview of their current status 335-381. Hillsdale, N.J: Lawrence Erlbaum Associetes.

 

*) Widyaiswara Madya PPPPTK PKn dan IPS Malang

 

 

 

Kembali ke Daftar Judul Tulisan Online

 

Created By M.Sutarno@2009, email : nelan_indah@yahoo.com

Free Web Hosting